Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Surat Untuk Lily

Dok. Internet| Gagal mencari ilustrasi untuk si Lily “Sebuah Cerpen yang mengisahkan tentang sepasang kawan yang hobinya bercerita melalui surat. Surat nya berisi tentang jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh karibnya, hingga ia mengungkapkan melalui surat yang dituliskan untuk Lily…..” Apa kabar Lily, lama tak pernah menyapamu, terakhir bulan Februari tahun lalu. Setelah itu dan kejadian itu aku tak sempat lagi menyapamu. Semoga kau tak pendendam sepertiku, memaafkanku dengan senyum tulusmu. Kau masih ingat Lily, tentang kebimbanganku pada sesuatu kala itu. Hingga pada akhirnya aku memutuskan ……., dan beginilah. Entah mengapa setelah senja tadi, seketika ingin menuliskan sesuatu kepadamu. Saat aku berjalan menuju masjid, terlihat keindahan bulan yang bulat sempurna, dengan warna terang dan sedikit bias pelangi menghiasi. Oh, ternyata penampakan itu lebih indah daripada senja yang aku sesali karena kemacetan jalan A. Yani tadi, yang tak sempat ku saksika

Sinau Seng Penting, Opo Seng Penting Sinau?

  Dok. PPL II |Kelas IV A  Salah satu stasiun televisi swasta (5/10) menayangkan sebuah acara anak-anak yang sifatnya edukatif, acaranya belajar tentang satuan berat dan kegunaanya. Beberapa narasumber dan bintang tamu dari anak usia dini (Usia SD) hadir dalam acara tersebut.  Satu hal yang menarik waktu itu, ada salah satu anak bertanya kepada narasumber. Begini, “ Pak, cita-cita saya menjadi dokter, apa perlu (red, penting) belajar masalah satuan berat?” seketika saya tertawa. Bukan hanya kritis tapi pertanyaan yang realistis. Sedikit terlihat gugup si narasumber menjelaskannya, lalu menghubung hubungkan sekenanya antara satuan berat dan fungsi dokter. Mungkin saat bertanya yang terlintas dalam benak gadis kecil itu adalah “ Ngapain saya belajar sesuatu yang tidak ada hubungannya (manfaat kegunaan) dengan cita-citaku?” speklulasi pribadi. Hal apa yang dapat kalian tangkap saat melihat kejadina itu? Mungkin bagi sebagian orang akan menganggap hal ini sesuatu yan

TAKUT MENIKAH DI BULAN ‘SURO’

Dok. Pribadi |Gambar Ilustrasi  “Alhamdulillah, bulan Muharrom datang, uang masuk kantong, tak masuk buwohan.” Ucapan semacam ini saya dengar dari beberapa teman menjelang bulan Muharrom . Ada kegembiraan tersendiri bagi segolongan orang menjelang bulan Muharrom, ada juga yang kurang suka karena sesuatu tertunda pada bulan ini. Orang Jawa sering menyebut dengan istilah ‘Sasi Suro.’ Bulan dimana orang-orang berhenti melakukan ‘gawe’ (menikahkan atau mengkhitankan anak). Setelah berlomba-lomba pada bulan sebelumnya –bulan Dzulhijjah, menggelar festival terop akbar yang men-nasional. Akhirnya di bulan Muharrom festival serentak dihentikan. Saya katakan festival men-nasional karena kebanyakan orang Indonesia (Jawa, bahkan Madura) menggelar festival itu secara bareng-berengan, dan bergiliran. Tapi beda lhoh ya, antara festival terop dengan festival Araby nya anak PBA (Prodi Pendidikan Bahasa Arab FTK UIN SA). Pelaksanaan ritual festival terop cukup sebar

Kabar Perempuan

Gambar: sedang kontemplasi “Yang terpanggil perempuan feminim ataupun maskulin, perempuan tetaplah perempuan….” Apa kabar kawan? Masihkah kalian dirindukan? Apa sudah menjalankan kewajiban? Apa masih sibuk memperjuangkan hak-hak yang masih berserakan? Atau mungkin hak yang akan kalian salah gunakan? Semoga saja tidak demikian. Selanjutnya, setelah menyapamu saya ingin berbagi cerita denganmu, bukan cerita tentang romansa atau mengajak kalian bernostalgia, tapi ini tentang  cerita. Cerita dari kebiasaan kawan kita, yang dikeluhkan oleh lawan jenisnya. Apa kalian merasakan dan mendengar berita tentang perempuan? Perempuan desa ataupun peremp uan- perempuan kota. Beberapa pekan lalu media cetak –majalah x, yang mengabarkan tentang keluh kesah, kebimbangan, kekerasan yang menimpanya, gunjingan atas kebisaan yang akhir-akhir ini mungkin dilakukan, juga ada kebaikan tentunya. Entah apa yang saya lihat melalui media itu benar, atau sesuatu yang didramatisir seseorang. Dan apa m